Semakin
banyaknya kebutuhan manusia di dunia dan pengaruh globalisasi menyebabkan teknologi
semakin modern dan canggih, sehingga tak perlu diherankan banyak aplikasi dan
media yang memberikan kemudahan dalam membuka cakrawala ilmu pengetahuan baru yang
semakin mendukung terciptanya pembelajaran dan pengajaran antara siswa dan guru.
Diantaranya adalah penggunaan e-Learning dalam pengajaran kita sehari-hari.
Booming
nya e-Learning saat ini di sekolah-sekolah dan banyak kampus membuat kita
semakin berusaha untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan kita dalam
berpikir. Seperti kita ketahui, e-Learning
adalah media jenis pembelajaran dan pengajaran yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, intranet
atau media jaringan komputer lain.
Komponen dari e-Learning
berupa:
1. Infrastruktur
e-Learning: Infrastruktur e-Learning berupa Personal Computer (PC),
jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk peralatan
teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui
teleconference.
2. Sistem
dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang
mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Sistem perangkat lunak
tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS memberikan
pembelajaran seperti manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, sistem penilaian,
forum diskusi, sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan
manajemen proses belajar mengajar antara siswa dan guru.
3. Konten
e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning
Management System) ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten yang berbentuk
multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten yang berbentuk teks
seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management
System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan dimanapun. Ini
langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan e-Learning dari sisi konten.
Sedangkan
Penggerak yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama dengan
proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang membimbing dan siswa yang menerima bahan ajar, serta administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar
mengajar.
Begitu banyak kemudahan yang
diperoleh siswa dan guru dalam penggunaan e-Learning, seperti menghemat waktu dalam
proses belajar mengajar, mengurangi biaya perjalanan, menghemat biaya
pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku), menjangkau
wilayah geografis yang lebih luas, melatih pelajar lebih mandiri dalam
mendapatkan ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi.
Tetapi, apakah e-Learning telah
memberikan keuntungan secara keseluruhan pada sekolah-sekolah diseluruh
Indonesia, terutama sekolah yang belum memiliki fasilitas yang memadai atau
mungkin kurangnya kemauan knowledge
sharing?
Pertanyaan
ini telah saya buat dan merujuk pada judul tulisan yang saya berikan pada kesempatan
menulis kali ini. Begitu banyak hal yang membuat saya menjadi prihatin akan
pembelajaran dan pengajaran pendidikan Indonesia saat ini. Disatu sisi, banyak para
pelajar yang begitu membanggakan akan prestasi-prestasi yang mereka torehkan dikarenakan
faktor internal maupun eksternal, seperti semangat mereka dalam belajar dan
guru yang memberikan pengajaran tepat dan berkualitas, serta fasilitas yang
menunjang untuk kegiatan belajar mengajar di kelas. Disisi lain, hal yang
memprihatinkan diperlihatkan oleh guru dan para pelajar yang tinggal di
perdesaan yang hanya melakukan kegiatan belajar mengajar dengan fasilitas yang
tersedia apa adanya.
Tidak
usah jauh-jauh, saya begitu prihatin dengan
kondisi yang terjadi di daerah ibukota ini. Banyak sekolah-sekolah yang
memiliki fasilitas yang cukup dan memadai, akan tetapi begitu banyak siswa dan
guru yang belum memahami tentang e-Learning. Saya pernah bertanya kepada teman
saya mengenai e-Learning di sekolah mereka. Mereka berkata “e-Learning itu sebenernya buat apa sih? Di sekolah gua ada, tapi
kenapa gua gak pernah belajar pake gituan ya? Guru gua aja belum ngajarin pake
gituan gimana mau belajarnya” Begitu
jawab mereka.
Mendengar
itu semua, saya hanya menggelengkan kepala dan memikirkan bagaimana bisa
sekolah yang berada di ibukota masih belum mengenal akan pembelajaran yang
menggunakan e-Learning, padahal e-Learning telah disediakan untuk siswa dan
guru dalam mendukung program kegiatan belajar mengajar mereka.
Mungkin
saya satu dari sekian banyak siswa yang beruntung mendapatkan pembelajaran dan
pengajaran e-Learning di sekolah. Tetapi, siapa yang sebenarnya disalahkan?
KEGAGALAN E-LEARNING DAN STRATEGI
IMPLEMENTASI
Mengenai
kegagalan e-Learning, banyak faktor yang mendukung kurang terciptanya
pembelajaran dan pengajaran antara siswa dan guru. Mulai dari kurangnya kemauan
untuk Knowledge Sharing, kebutuhan
akan pembelajaran melalui media elektronik, ketersediaan dana yang dibutuhkan
tidak sesuai dengan yang diperkirakan dan berbagai faktor lainnya. Sehingga
e-Learning pun tidak berjalan sesuai dengan media yang diharapkan.
Banyak
cara yang dilakukan dalam menyiapkan strategi implementasi agar e-Learning
berjalan sesuai dengan harapan, yaitu
ü mendesainkan
e-Learning agar dapat memberikan nilai tambah secara formal (karier, insentif,
dll) dan nonformal (ilmu, skill teknis, dll) untuk para pengguna (siswa, guru,
dan administrator).
ü Pada
saat sosialisasi benar-benar diterapkannya pengenalan tentang e-Learning untuk
melatih para pengguna dalam persiapan penggunaannya. Sedikit demi sedikit
pengenalan sampai tuntas yang bisa memudahkan
kelancaraan dalam penggunaan e-Learning.
ü Jadikan
pengguna sebagai peran utama, yaitu dengan cara mendukung aktualisasi diri para
pengguna, tidak hanya object semata.
Pada
intinya, kegagalan implementasi e-Learning kebanyakan bukan karena masalah peralatan,
software atau infrastruktur. Tetapi kebanyakan karena human factor, berupa beratnya perubahan untuk meningkatkan
pembelajaran dan pengajaran, dan karena tidak adanya kemauan untuk berbagi ilmu
pengetahuan melalui media elektronik, serta rasa malas yang menghantui untuk
mendalami ilmu.
Memang
sangat dibutuhkan korelasi yang positif antara dinas pendidikan, guru dan siswa
dalam melakukan pembelajaran dan pengajaran melalui e-Learning. Kembali ke diri
masing-masing untuk memberikan kemajuan dan meningkatkan kualitas diri dalam
menimba ilmu pengetahuan yang berguna untuk menunjang karir yang akan dicapai
kelak. Masih banyak media dan sarana pembelajaran yang bisa digunakan oleh para
guru dan siswa. Yang terpenting bagaimana mereka memiliki kemauan dan memiliki semangat untuk selalu belajar dan
terus belajar agar bisa meningkatkan prestasi pendidikan anak-anak bangsa.
Artikel ini saya ikutkan dalam Lomba Blog Pendidikan "E-Learning untuk guru dan siswa"
SELAMAT HARI GURU :) SEMOGA, KAMI SEBAGAI SISWA YANG SEDANG MENGGAPAI IMPIAN KAMI MAMPU TERUS MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR DAN TERUS MENOREHKAN PRESTASI BERSAMA GURU-GURU HEBAT INDONESIA!